Ex Pelabuhan Buleleng terletak di utara Pulau Bali di Buleleng. Tempat ini merupakan warisan masa lalu yang diubah menjadi ruang publik dengan fungsi baru.
Area yang dulunya merupakan dermaga terbesar di Bali hingga tahun 1950-an kini berubah menjadi tempat wisata bagi warga, dengan pusat jajanan serba ada.
Di sisi timur, deretan bangunan tua yang dahulu melayani administrasi perjalanan dan penjualan tiket kapal kini dimanfaatkan sebagai gudang bahan bangunan.
Meski begitu, kawasan ini terus ditata ulang untuk menghadirkan daya tarik baru sebagai salah satu destinasi wisata di Singaraja.


Pelabuhan Buleleng di Singaraja, Kabupaten Buleleng, dahulu pernah menjadi nadi utama Bali. Cerita kejayaannya terekam dalam sejarah.
Pada masa pendudukan Belanda, pelabuhan ini adalah pusat aktivitas maritim, menghubungkan Bali dengan Surabaya, Makassar, dan berbagai kota di Sunda Kecil.
Kapal-kapal besar membawa wisatawan dan hasil bumi Bali, seperti kopi dan cengkeh, untuk diekspor ke Singapura.
Ketika Singaraja menjadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil (1950-1958), pelabuhan ini tetap memainkan peran vital.
Sebagai dermaga terbesar di Bali, ia menjadi saksi bisu perlawanan rakyat Bali terhadap penjajah.
Namun, perubahan perlahan menggerus gemilangnya. Pemekaran Sunda Kecil menjadi tiga provinsi pada 1958 dan perpindahan ibu kota Bali ke Denpasar pada tahun 1960 menjadi titik balik. Denpasar berkembang dan Buleleng mulai kehilangan daya tariknya.
Turunnya kepentingan Pelabuhan Buleleng semakin terasa ketika Bandara Ngurah Rai mulai melayani penerbangan internasional pada 1959.
Fokus ekonomi dan pariwisata Bali bergeser ke selatan, meninggalkan pelabuhan ini dalam kesunyian.

Di kawasan Ex Pelabuhan Buleleng terdapat monumen Yudha Mandala.
Sosok patung laskar bertelanjang dada yang memegang bendera merah putih dengan gagah. Tangannya menunjuk ke arah laut: arah datangnya ancaman di masa lalu.
Monumen ini menggambarkan momen penting ketika rakyat Bali berjaga, memerhatikan kapal-kapal Belanda yang mendekat.

Kayu-kayu tua dermaga kini berubah menjadi restoran terapung yang unik di kawasan Ex Pelabuhan Buleleng.
Daya tarik utama ini menawarkan pengalaman bersantap yang berbeda. Kamu bisa melihat panorama pantai, mendengar deburan ombak, dan merasakan semilir angin.
Di sekitar restoran, tersedia juga pedagang kaki lima, menyuguhkan beragam pilihan makanan dengan harga yang ramah di kantong.

Halaman luas di kawasan Eks Pelabuhan Buleleng menjadi ruang serbaguna yang ramai oleh aktivitas pengunjung.
Kamu bisa berolahraga, menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, atau pasangan. Tak sedikit juga yang berfoto untuk mengabadikan momen.

Di salah satu sudut pelabuhan, terdapat taman dengan fasilitas bermain untuk anak-anak, sehingga kamu yang sudah keluarga bisa bersantai bersama di sini.
Tidak jauh dari taman, terdapat sebuah tempat pemancingan di ujung restoran terapung, cocok bagi para bapak-bapak yang ingin menikmati waktu luang.
Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat Nongkrong di Singaraja



