icon
Rumah 123
Tersedia di App Store & Google Play
KPR
Panduan

Masjid Al Ukhuwah Bandung dan Jejak Freemasonry di Indonesia

Masjid Al Ukhuwah Bandung dan Jejak Freemasonry di Indonesia

Masjid Al Ukhuwah merupakan salah satu masjid yang cukup terkenal di Kota Bandung, selain Masjid Raya Bandung dan Masjid Raya Al-Jabbar. 

Masjid Al Ukhuwah berada di lokasi sangat strategis karena berada di pusat kota, tepatnya ada di Jalan Wastukencana sekitar Balai Kota Bandung. 

Masjid ini memiliki keunikan dari bangunannya yang berbentuk segitiga, agak berbeda dengan bentuk bangunan masjid pada umumnya. 

Desain masjid juga kental dengan sentuhan klasik, yang dipadukan dengan konsep modern. 

Nuansa klasik dihadirkan pada bagian atap yang memiliki “anak” bangunan mirip seperti bentuk atap Gedung Sate–Landmark Kota Bandung lainnya.

Sementara, pada bagian interior, masjid ini dihiasi oleh ornamen lampu berukuran besar dan lantai kayu licin, sehingga memiliki tampilan yang sangat elegan. 

Sejarah Masjid Al Ukhuwah Bandung

sejarah masjid al ukhuwah.jpg
Foto: digitalcollections.universiteitleiden.nl

 

Selain bentuk bangunannya, hal lain yang juga menjadi keunikan dari masjid ini ada dari sejarahnya, yang barangkali bisa membuat banyak orang tercengang.

Pasalnya, cikal-bakal masjid ini berkaitan juga dengan jejak Freemasonry di Indonesia, meski tidak berhubungan secara langsung. 

Merujuk pada buku “Okultisme di Bandoeng Doeloe: Menelusuri Jejak Gerakan Teosofi dan Freemasonry di Bandung” karya M Ryzki Wiryawan. 

Dijelaskan bahwa sebelum berdirinya Masjid Al-Ukhuwah, di lahan atau lokasi tersebut pernah berdiri sebuah loge (loji) atau rumah pertemuan kaum teosofi Freemasonry di Bandung. 

Loge tersebut dikenal dengan nama Loji Sint Jan, yang dibangun pada era kolonialisme Belanda, tepatnya pada tahun 1901. 

Sebelum Loji Sint Jan berdiri, gerakan teosofi sudah muncul di Indonesia, khususnya Bandung. 

Di Bandung, kelompok tersebut awalnya menggunakan sebagian bangunan Kweekschool, yang kini menjadi Markas Polrestabes Bandung sebagai rumah pertemuan. 

Hingga pada 1895, melalui rapat internal yang diadakan di Kweekschool, mereka bersepakat untuk mendirikan bangunan sendiri sebagai rumah pertemuan.

Namun, pada pada 1897, kelompok tersebut menemukan lahan untuk mendirikan gedung loji. 

Lahan tersebut berada di sebelah utara Balai Kota Bandung, yang kini menjadi tempat berdirinya Masjid Al Ukhuwah. 

Kemudian, pada tahun 1901, pembangunan Loji pun dimulai.

Proyek pembangunan loji dipimpin oleh seorang berkebangsaan Belanda, Van Haastert. 

Proses pembangunannya pun tidak memakan waktu lama karena masih di tahun yang sama, gedung tersebut pun sudah berdiri dan mulai digunakan. 

Oleh para kaum teosofi di Bandung, Loji Sint Jan dijadikan sebagai pusat untuk menggelar berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. 

Pasalnya, di gedung tersebut terdapat perpustakaan dengan koleksi buku terlengkap di Bandung pada zaman tersebut. 

Bahkan, kelompok ini juga sempat membuat sekolah Frobelscholl yang lokasinya berdekat dengan loji, tepatnya di seberang Museum Bandung di Balai Kota. 

Kendati demikian, masyarakat sekitar lebih mengenal Loji Sint Jan sebagai “gedung setan.” 

Pelabelan tersebut dikarenakan oleh sejumlah faktor, salah satunya kegiatan yang dilakukan di gedung tersebut bersifat rahasia. 

Hal itu memunculkan berbagai rumor, mulai dari desas-desus soal kegiatan penarikan arwah dan ritual berbau satanisme yang dilakukan oleh kelompok tersebut di Loji Sint Jan. 

Akan tetapi, para pemerhati dan pegiat sejarah cenderung beranggapan bahwa pelabelan “gedung setan” pada bangunan loji dikarenakan pelafalan dari nama loji tersebut.

Jika didengar sekilas, terkesan agak mirip dengan pengucapan “setan”. 

Dirobohkan dan Menjadi Masjid

dibangun masjid.jpg

Seiring waktu, eksistensi Loji Sint Jan mulai menemui kehancuran, salah satu penyebabnya adalah kedatangan Jepang ke Indonesia. 

Pada saat itu, banyak orang-orang Eropa yang diburu dan ditangkap oleh tentara Jepang, tidak terkecuali kelompok Freemasonry. 

Jadi, banyak para anggota Freemasonry di Indonesia, khususnya yang berasal dari Eropa ditangkap, bahkan meregang nyawa di tangan tentara jepang. 

Nah, ketika penjajahan Jepang berakhir, kelompok Freemasonry yang tersisa di Indonesia tidak serta-merta bisa menjalankan kegiatannya kembali. 

Apalagi pada 1962, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No.264 yang melarang kegiatan Freemasonry di Indonesia. 

Setelah keluarnya Keppres tersebut, Loji Sint Jan pun dihancurkan dan dibangun Gedung Graha Pancasila. 

Kemudian, pada tahun 1998, gedung tersebut dibeli oleh seorang muslim, lalu dibangun ulang menjadi sebuah masjid bernama Al Ukhuwah Bandung.

Setelah didirikan masjid, diperkirakan bahwa jejak Freemasonry di lokasi tersebut sudah benar-benar menghilang.

 

Artikel Terkait Bandung

5 Rekomendasi Tempat Wisata di Ciwidey Terbaik

5 Rekomendasi Tempat Wisata di Ciwidey Terbaik

Selengkapnya
Mengenal Masjid Raya Bandung: Sejarah, Fasilitas & Arsitektur

Mengenal Masjid Raya Bandung: Sejarah, Fasilitas & Arsitektur

Selengkapnya
Staycation Mewah di Glamping Legok Kondang Ciwidey

Staycation Mewah di Glamping Legok Kondang Ciwidey

Selengkapnya
Tentang Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Stadion Terbesar di Jawa Barat

Tentang Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Stadion Terbesar di Jawa Barat

Selengkapnya
Gambar Tips dan trik
Solusi Miliki Hunian dengan KPR
Cicilan per bulan ringan, proses cepat, banyak pilihan bank, dan masih banyak lagi!
Ajukan KPR
Gambar Tips dan trik
Pindah / Take Over KPR
Saatnya pindah KPR (take over) ke bank lain dengan bunga tetap.
Ajukan Take Over
Gambar Tips dan trik
Simulasi KPR
Cek estimasi pembiayaan kredit rumah dengan kalkulator KPR Rumah123.
Hitung Sekarang

Hunian Dijual di Bandung

Sewa Hunian di Bandung

Bagikan