Masjid Raya Makassar adalah saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan, sebab menjadi tempat berkumpulnya para pahlawan.
Masjid yang beralamat di Jalan Masjid Raya, Bontoala, Kota Makassar itu, mempunyai lokasi yang strategis untuk dikunjungi.
Selain menjadi tempat beribadah, masjid yang buka selama 24 jam ini juga menjadi salah satu objek wisata religi yang cukup populer.
Menariknya, ada pula sederet fakta unik di balik pembangunan masjid tersebut. Sebagai informasi, baca ulasan lengkapnya di bawah ini.
Masjid Raya Makassar dibangun pada tahun 1947 dan selesai pada tahun 1949.
Lalu, renovasi besar-besaran sempat dilakukan pada tahun 1999 sampai 2005.
Desain awal masjid ini dibuat oleh arsitek Mohammad Soebardjo, setelah ia memenangkan sayembara yang diadakan oleh panitia pembangunan masjid.
Masjid Raya Makassar dibangun dua lantai dengan kapasitas 10.000 jamaah.
Konstruksi masjid menggunakan sekitar 80 persen bahan baku lokal.
Setelah direnovasi, masjid ini mempunyai tampilan yang lebih memesona karena dilengkapi dengan dua menara setinggi 66,66 meter.
Masjid Raya Makassar juga dilengkapi dengan fasilitas seperti perpustakaan dan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan.
Masjid Raya Makassar awalnya bernama “Masjid Perjuangan,” sebab lokasinya dijadikan sebagai tempat berkumpul para pahlawan melawan Belanda.
Pembangunan masjid ini dipimpin oleh seorang ulama bernama Mukhtar Luthfi, serta digawangi oleh 28 orang lainnya.
Bentuk pertama bangunan masjid sebenarnya mirip seperti pesawat, interiornya pun terlihat sederhana dengan bangunan setinggi satu lantai.
Pembangunan masjid yang diresmikan pada tanggal 27 Mei 1949 itu, setidaknya menelan biaya hingga Rp1,2 juta.
Namun, kejadian menyedihkan tak lama menyelimuti seluruh anggota masjid, sebab salah satu inisiator pembangunannya gugur di tangan Belanda.
Untuk mengenang jasa-jasa sang pendiri, ditulislah 28 nama-nama anggotanya pembangunan masjid tersebut pada area depan bangunan.
Di tahun 1957, Presiden Soekarno mengunjungi Masjid Raya Makassar dengan maksud menyampaikan pesan perdamaian.
Sepuluh tahun setelahnya, Presiden Soeharto juga mengunjungi masjid ini dan memberikan bantuan dana sebesar Rp50 juta untuk modal pembangunan.
Selain terkenal sebagai masjid yang bersejarah, Masjid Raya Makassar juga memiliki Al-Quran raksasa yang sangat ikonik.
Al-Quran ini ditulis oleh KH Ahmad Faqih dari Yayasan Al Asy'ariah Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.
Ukurannya mencapai 1x1,5 meter persegi dengan berat 584 kg, serta diletakkan pada lantai dua masjid.
Tidak berbeda dengan Al-Quran biasa, tulisan ayat suci pada Al-Quran ini berjumlah 6.666 ayat dan terangkum dalam 30 juz sebanyak 605 lembar.