Kampung Batik Semarang bukan hanya tempat belanja oleh-oleh khas Semarang.
Terletak di Rejomulyo, Semarang Timur, destinasi ini mengajakmu untuk menyelami jejak sejarah batik dan merasakan langsung proses pembuatannya.
Menggabungkan wisata budaya dan edukatif, tempat ini menjadi pilihan menarik bagi kamu yang ingin memahami lebih dalam tentang seni tekstil tradisional Indonesia.
Berkunjung ke Kampung Batik Gedong Semarang bukan hanya tentang melihat-lihat motif batik yang beragam.
Kita juga berkesempatan untuk belajar dari para pengrajin batik tulis yang masih mempertahankan teknik tradisional.
Setiap motif yang dibuat memiliki cerita, mencerminkan filosofi serta kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Selain itu, kawasan ini juga memberikan pengalaman interaktif bagi wisatawan yang ingin mencoba sendiri proses membatik, mulai dari menggambar pola hingga pewarnaan.
Aktivitas ini menjadikannya pilihan yang cocok untuk liburan keluarga, di mana anak-anak dan orang dewasa bisa ikut serta dalam kegiatan yang kreatif sekaligus edukatif.
Dengan suasana kampung yang khas, bangunan bersejarah, serta deretan toko yang menjual berbagai produk batik, Kampung Batik Gedong Semarang jadi tempat wisata yang unik.
Foto banner: @semarang/Instagram
Alamat Kampung Batik Semarang: Jl. Batik No.698A, Rejomulyo, Kec. Semarang Tim., Kota Semarang, Jawa Tengah 50227.
Di Kampung Batik Rejomulyo Semarang, kamu bisa menyelami jejak sejarah batik, mengenal lebih dalam motif khas Semarang, hingga mencoba langsung proses membatik dengan teknik tradisional.
Terletak di pusat kota, tempat ini menghadirkan pengalaman autentik yang menggabungkan edukasi, budaya, dan keindahan dalam satu kawasan.

Batik Semarang memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari batik daerah lain seperti Yogyakarta atau Cirebon.
Corak yang ditemukan di sini banyak mengangkat ikon khas kota Semarang, seperti motif Lawang Sewu, Parang Tugu Muda, Burung Blekok, dan Semar Asem.
Setiap motif memiliki cerita tersendiri, mencerminkan kearifan lokal serta keindahan budaya yang diwariskan sejak dahulu.
Baca juga: Semarang Contemporary Art Gallery, Nikmati Keindahan Seni Kontemporer
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak tahun 2009.
Kampung Batik di Semarang menjadi salah satu tempat yang masih mempertahankan tradisi ini, sekaligus membuka ruang bagi wisatawan untuk lebih memahami perjalanan panjang batik.

Salah satu pengalaman menarik yang ditawarkan Kampung Batik Semarang adalah kesempatan untuk mencoba membatik sendiri.
Dengan membayar sekitar Rp30.000, kamu bisa belajar menggunakan canting untuk melukis pola batik di atas kain.
Proses ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian, tetapi menjadi pengalaman berharga dalam memahami betapa kompleks dan artistiknya pembuatan batik secara tradisional.

Selain aktivitas edukatif, Kampung Batik Kota Lama Semarang juga dikenal dengan berbagai spot foto menarik.
Sejak memasuki kawasan ini, kita akan disambut mural warna-warni dan arsitektur dengan sentuhan seni yang khas.
Ada pula sudut dengan pahatan batu menyerupai candi, memberikan nuansa historis yang semakin memperkaya pengalaman wisata selama berada di sini.
Baca juga: Mengunjungi Museum Mandala Bhakti, Belajar Sejarah Perjuangan Diponegoro & TNI
Kunjungan ke Kampung Batik Semarang belum lengkap tanpa membawa pulang kain batik khas daerah ini.
Berbagai toko dan pengrajin di sini menawarkan batik dengan beragam motif, baik batik tulis maupun batik cap, dengan harga yang bervariasi sesuai dengan tingkat kerumitan dan teknik pembuatannya.
Kamu bisa menemukan kain batik mulai dari Rp100.000 hingga jutaan rupiah, tergantung jenis dan kualitasnya.
Setiap hari: Pukul 08.00 - 17.00 WIB


Jejak sejarah Kampung Batik Rejomulyo Semarang erat kaitannya dengan dinamika sosial dan ekonomi kota, terutama saat masa kolonial Belanda.
Batik yang dahulu menjadi salah satu sumber ekonomi utama masyarakat setempat, pernah mengalami masa kelam akibat ketidakstabilan ekonomi dan kebijakan kolonial.
Pada masa pendudukan Belanda, seluruh peralatan membatik di kampung ini dihancurkan.
Sumber daya ekonomi yang terbatas membuat masyarakat lebih memilih untuk merelakan industri batik mereka daripada membiarkannya jatuh ke tangan penjajah.
Hampir semua pabrik batik mengalami kehancuran, dengan peralatan yang dibakar dan dimusnahkan.
Namun, di tengah kehancuran itu, ada satu pabrik yang tetap bertahan, yaitu Batik Kerij Tan Kong Tin.
Pabrik ini dimiliki oleh Tan Kong Tin, seorang pengusaha Tionghoa di Kecamatan Bungaran. Tan Kong Tin adalah anak dari Tan Siaw Lim, seorang pemilik properti di Kabupaten Semarang.
Dengan ketekunan dan strategi yang tepat, ia berhasil menjaga usahanya tetap berjalan di tengah tantangan zaman.
Keberlangsungan industri batik di Semarang juga tidak lepas dari peran Raden Ayu Dinartiningsih, istri Tan Kong Tin yang berasal dari keturunan Hamengku Buwono III.
Berbekal keterampilannya dalam membatik, ia berhasil mengembangkan motif batik yang unik, memadukan unsur khas batik Yogyakarta dengan sentuhan pesisir Semarang.
Perpaduan ini melahirkan gaya batik yang khas, membedakannya dari daerah lain.
Keahlian membatik terus diwariskan ke generasi berikutnya.
Setelah Raden Ayu Dinartiningsih, penerusnya, Raden Nganten Sri Murdijanti, melanjutkan usaha ini dengan lebih mendalam.
Ia menguasai berbagai teknik membatik, mulai dari carik (pembuatan pola batik), proses canting, hingga teknik pencelupan warna.
Berkat perannya, tradisi batik di Semarang tetap bertahan dan berkembang hingga saat ini.


