Mengenal Stasiun Karangantu, Salah Satu Stasiun Tertua di Banten

Stasiun Karangantu adalah stasiun kereta api kecil kelas III yang berada di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. 

Hanya ada satu kereta penumpang yang berhenti di stasiun ini, yaitu Kereta Api Lokal Merak yang melayani rute perjalanan Merak–Rangkasbitung.

Lokasi Stasiun Karangantu dekat kawasan Banten Lama, yang tergolong sebagai situs sejarah peninggalan Kerajaan Banten.

Hanya butuh waktu 10 menit berjalan kaki dari stasiun ke kota Banten Lama. 

Karena itu pada hari-hari tertentu, stasiun ini kerap dipenuhi oleh pengunjung yang hendak berziarah ke Banten Lama. 

Karena lokasinya yang dekat dengan situs peninggalan Kerajaan Banten itu, stasiun ini pun kerap disebut sebagai Stasiun Banten Lama.

Sejarah Stasiun Karangantu

Meski tergolong stasiun kecil yang hanya melayani perjalanan kereta dalam kota, Stasiun Karangantu sejatinya berstatus sebagai salah satu stasiun bersejarah di Indonesia. 

Stasiun Karangantu mulai beroperasi pada dekade 1900-an, dibangun oleh jawatan kereta api Hindia Belanda Staatssporwegen (SS). 

Peresmian stasiun ini bersamaan dengan dibukanya jalur kereta Serang–Anyerkidul, yang merupakan bagian dari jaringan kereta api Jakarta–Anyer dengan cabang Duri–Tangerang.

Pada zamannya, Stasiun Banten Lama pernah memegang peranan penting dalam perkembangan infrastruktur transportasi publik di Banten.

Lokasinya yang dekat dengan Pelabuhan Karangantu, membuat stasiun ini berperan sebagai penghubung transportasi darat dan air kala itu.

Seperti diketahui, pada abad ke-16 hingga ke-18 Banten identik dengan moda transportasi air. 

Karena itu, wajar saja apabila ada banyak pelabuhan yang berdiri di Banten, salah satunya adalah Pelabuhan Karangantu. 

Namun sejak abad ke-19, perkembangan infrastruktur transportasi darat di Jawa kian berkembang, seiring dibukanya Jalan Raya Pos Anyer–Panarukan. 

Sejak itu, jalur kereta api pun banyak dibuka dan kereta menjadi salah satu moda transportasi yang cukup diandalkan.  

Khususnya Stasiun Karangantu, pada tahun 1926 stasiun ini sudah melayani perjalanan Serang–Cilegon. 

Ada empat kereta dengan rangkaian kelas campuran, yakni kereta kelas 1, kelas 2 dan kelas 3, yang melayani rute perjalanan tersebut dari Stasiun Karangantu.

Selain kereta penumpang, Stasiun Banten Lama juga melayani pengangkutan sejumlah komoditas menggunakan kereta barang. 

Jadi, besar kemungkinan bahwa Stasiun Karangantu memang terintegrasi dengan pelabuhan, untuk mengangkut sejumlah komoditas demi keperluan ekspor-impor.

Saat itu, komoditas yang banyak diangkut adalah beras, kopra, kulit, kain, ternak, dan telur. 

Barang-barang tersebut biasanya diangkut oleh kereta barang, untuk kemudian dikirimkan ke pelabuhan dan diangkut menggunakan kapal menuju Eropa. 

Arsitektur Bangunan Stasiun Karangantu

Stasiun Karangantu memiliki bentuk bangunan bergaya indis, seperti kebanyakan bangunan stasiun peninggalan Staatsspoorwegen. 

Sekilas, bentuk bangunan Stasiun Banten Lama mirip dengan desain arsitektur Stasiun Serang. 

Wajar, karena keduanya sama-sama stasiun peninggalan Staatsspoorwegen dan berstatus sebagai aset cagar budaya.

Karena itu pulalah bangunan stasiun ini masih dijaga keasliannya.

Meski begitu, bukan berarti Stasiun Karangantu tidak pernah direnovasi. 

Stasiun Banten Lama pernah beberapa kali direnovasi, yang mana tapak renovasinya dapat dilihat dari jumlah jalur atau rel kereta di stasiun tersebut.

Sebelumnya Stasiun Karangantu memiliki tiga jalur kereta, tetapi saat ini tersisa dua jalur karena jalur lainnya sudah dibongkar untuk penambahan peron. 

Selain pemangkasan jumlah rel, tapak renovasi pun dapat dilihat dari keberadaan peron tinggi, yang dibangun bersamaan dengan proyek rel kereta api Rangkasbitung–Merak pada 2021.

Septian Nugraha

Jurnalis sepak bola yang hijrah menjadi penulis properti. Lebih sering menulis hal-hal tentang hukum properti. Memiliki kemampuan juga dalam bidang fotografi, desain grafis, dan video editing.