OK
logo rumah123
logo rumah123
download-app-hamburgerAdvertise Here
KPR
Panduan

Tren Hunian Akhir 2025, Akses Strategis dan Infrastruktur Mapan Jadi Kunci Utama
r123-share-title

Dipublikasikan 19 Desember 2025 · 3 min read · by Imam

tren rumah akhir 2025, tangerang

Ilustrasi tren hunian akhir 2025: Unsplash

Memasuki penghujung 2025, pasar rumah sekunder di Indonesia bergerak lebih tenang. 

Kondisi ini bukan cerminan turunnya minat, melainkan sinyal kehati-hatian konsumen dan pemilik properti dalam mengambil keputusan besar. 

Flash Report Rumah123 Desember 2025 mencatat bahwa pada November 2025:

  • Harga rumah sekunder nasional relatif stagnan.
  • Suplai turun 0,3% secara month-on-month.
  • Secara tahunan, harga terkoreksi tipis 0,2%, jauh di bawah inflasi 2,72%.

Kombinasi data ini menunjukkan pasar tengah berada pada fase penyesuaian, dengan banyak pihak memilih strategi wait-and-see sambil menanti arah pasar di awal 2026.

Harga Stabil, Aktivitas Pencarian Tetap Dinamis

Harga Rumah Seken di Kota Besar di Jabodetabek akhir 2025

Walau pergerakan harga cenderung datar, minat pencarian hunian justru terkonsentrasi di wilayah dengan akses mobilitas tinggi dan infrastruktur mapan

Beberapa kawasan mencatatkan dominasi pencarian nasional, yaitu:

Tangerang (14,3%) 

Didukung jaringan tol utama, konektivitas ke Jakarta Barat dan Selatan, serta pertumbuhan kawasan terintegrasi seperti BSD City, Alam Sutera, dan Gading Serpong.

Jakarta Selatan (12,2%) 

Menawarkan sistem transportasi lengkap, mulai dari MRT hingga simpul tol strategis yang menghubungkan area bisnis dan residensial.

Jakarta Barat (10,9%) 

Kian diminati berkat akses langsung ke CBD Jakarta, Tangerang, serta kehadiran klaster hunian baru dengan fasilitas perkotaan yang terus berkembang.

Data ini mempertegas bahwa kemudahan mobilitas kini menjadi faktor kunci dalam pencarian hunian, melampaui sekadar pertimbangan harga.

Pergerakan Harga Berbeda Antar Kota

Harga Rumah Seken di Kota Besar di Jabodetabek akhir 2025

Dinamika harga rumah menunjukkan pola yang tidak seragam di tiap kota. 

Beberapa wilayah justru mencatatkan ketahanan harga yang relatif baik, baik secara bulanan maupun tahunan:

Kenaikan harga bulanan tertinggi:

  • Bandung: +1,0%
  • Jakarta: +0,2%

Pertumbuhan harga tahunan tertinggi:

  • Denpasar: +3,4%
  • Medan: +2,1%
  • Bekasi: +1,5%

Di sisi lain, suplai rumah sekunder secara tahunan tercatat turun hingga 8,6%, mengindikasikan banyak pemilik properti memilih menunda pemasangan listing sambil menunggu momentum pasar yang lebih kondusif.

Baca juga:

Survei Membuktikan, Masih Ada Banyak Rumah di Bawah 1 M di Jakarta

Preferensi Ukuran Rumah Kian Spesifik

Perubahan perilaku konsumen juga tercermin dari segmentasi ukuran hunian yang diminati. Setiap kota menunjukkan karakter permintaan yang berbeda:

Jakarta Pusat

Rumah berukuran ≤60 m² mencatat pertumbuhan permintaan hingga 28% secara tahunan, mencerminkan tingginya minat terhadap hunian ringkas di lokasi strategis.

Bekasi

Permintaan menguat pada segmen rumah tipe menengah, seiring berkembangnya kawasan suburban dengan akses komuter.

Yogyakarta

Permintaan terhadap rumah berukuran besar tetap stabil, sejalan dengan karakter pasar dan gaya hidup lokal.

Pola ini menegaskan bahwa keputusan membeli rumah semakin kontekstual, menyesuaikan kebutuhan dan fungsi, bukan semata-mata luas bangunan.

Faktor Makro: Suku Bunga Turun, Sentimen Mulai Positif

Dari sisi makroekonomi, terdapat beberapa faktor pendukung yang membentuk ekspektasi pasar ke depan:

  • Inflasi IHK November 2025 tercatat 2,72% (YoY).
  • Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di 4,75%.
  • Tren penurunan suku bunga telah berlangsung bertahap sejak akhir 2024.

Kondisi ini memberi ruang bagi pemulihan aktivitas pembelian, terutama ketika ekspektasi stabilitas ekonomi pada 2026 semakin menguat.

Menjelang akhir 2025, pasar hunian Indonesia menunjukkan karakter konsumen yang semakin rasional dan selektif. 

Stagnasi harga, penurunan suplai, serta konsentrasi minat di kawasan bermobilitas tinggi menjadi fondasi penting menuju fase berikutnya.

Dengan infrastruktur yang terus berkembang, tren suku bunga yang lebih akomodatif, dan preferensi konsumen yang semakin matang, pasar hunian memiliki peluang untuk kembali bergerak lebih dinamis pada 2026, namun dengan kualitas keputusan yang jauh lebih terukur.