Cara Agar Banjir Tidak Masuk Rumah, dari Desain hingga Kondisi Darurat
Dipublikasikan 09 Desember 2025 · 5 min read · by alya

Memahami cara agar banjir tidak masuk rumah sangat penting bagi Anda yang tinggal di kawasan rawan genangan, baik di kota besar maupun daerah dataran rendah.
Banjir bukan hanya soal air yang masuk ke dalam rumah, tetapi juga kerusakan struktur, perabot, instalasi listrik, hingga risiko kesehatan keluarga.
Karena itu, pencegahan tidak bisa hanya mengandalkan tembok tinggi di depan rumah, melainkan kombinasi desain bangunan, sistem drainase, penghalang fisik, dan prosedur darurat yang matang.
Dengan perencanaan yang tepat sejak awal, rumah bisa lebih aman meski lingkungan sekitar sering tergenang.
Artikel ini membahas langkah teknis yang bisa didiskusikan dengan arsitek atau tukang, sekaligus tips praktis yang masih realistis diterapkan di skala rumahan.
Cara Agar Banjir Tidak Masuk Rumah

1. Desain Struktural Antibanjir
Salah satu cara agar banjir tidak masuk rumah adalah merancang struktur bangunan sejak awal agar posisinya lebih tinggi dari muka banjir rata-rata di sekitar lokasi.
Beberapa prinsip yang bisa diterapkan:
- Gunakan konsep rumah panggung dengan kolom beton bertulang diameter 20–30 cm.
- Tinggi kolom 80–120 cm di atas muka banjir rata (MBR) lokal sehingga lantai utama berada di atas level genangan.
- Lantai dasar menggunakan beton slab tebal sekitar 15 cm yang dirancang tahan arus 2–3 knot untuk antisipasi banjir deras.
Untuk finishing yang lebih tahan:
- Pilih lantai vinil SPC atau granit rectified dengan pori kurang dari 0,5% agar tidak mudah menyerap air dan tidak licin saat basah.
- Dinding eksterior bisa memakai plester semen ekspos yang dilapisi waterproof epoxy dua kali agar rembesan berkurang.
- Tambahkan ventilasi tinggi sekitar 1,5 m dari lantai untuk mencegah lembap berlebih dan rembes kapiler di bagian bawah dinding.
Jika memungkinkan, integrasikan void slab pada pondasi sehingga air yang meresap di bawah lantai dapat mengalir menuju jalur drainase bawah tanah, bukan naik ke dalam rumah.
Baca Juga:
7 Tips Pilih Rumah Bebas Banjir, Anti Waswas Saat Hujan
2. Sistem Drainase dan Resapan Optimal
Struktur rumah yang tinggi akan percuma jika air di sekitar rumah tidak punya tempat mengalir.
Karena itu, sistem drainase dan resapan menjadi kunci utama.
Langkah yang bisa diterapkan di skala rumahan:
- Bangun gorong-gorong perimeter dari beton bertulang berukuran 40 x 40 cm dengan kemiringan 1–2% di sekeliling rumah. Gorong-gorong ukuran ini mampu mengalirkan sekitar 500–1000 liter per menit jika dirancang dengan benar.
- Tutup bagian atasnya dengan grill stainless yang rapat sehingga sampah daun tidak mudah masuk, tetapi tetap mudah dibersihkan.
- Sambungkan aliran ke sumur resapan atau septic tank resapan berukuran kurang lebih 2 x 2 x 2 m yang dilapisi geotextile dan kerikil.
Sumur seperti ini dapat menyerap hingga sekitar 10 m³ air hujan per peristiwa hujan.
Tambahan elemen ramah lingkungan:
- Buat bioswale atau parit hijau selebar sekitar 50 cm yang diisi tanaman vetiver dan tanaman air kecil seperti eceng gondok mini. Bioswale membantu menyerap 40–60 liter per meter persegi per jam sekaligus menyaring polutan.
- Gunakan permeable pavement di area parkir, misalnya paving berpori atau aspal pori, agar limpasan permukaan (runoff) bisa berkurang hingga sekitar 70%.
- Pasang talang atap lebar 150 mm dengan filter daun otomatis dan pipa vertikal yang mengarah ke sumur resapan sehingga air hujan dari atap tidak langsung lari ke jalan.
3. Penghalang Fisik Bertahap
Penghalang fisik menjadi lapis perlindungan tambahan, terutama saat curah hujan ekstrem.
Konsepnya, cara agar banjir tidak masuk rumah tidak hanya mengandalkan satu tembok, tetapi beberapa lapis proteksi yang saling mendukung.
Pilihan yang bisa diterapkan:
- Bangun retaining wall dari bata merah yang dicor beton setinggi 70–100 cm di sisi yang sering terkena aliran banjir.
- Berikan drainage weep hole setiap sekitar 50 cm agar tekanan air di belakang tembok bisa terlepas dan tidak mendorong tembok hingga jebol.
- Lapisi sisi dalam tembok dengan geomembrane HDPE untuk menahan tekanan hidrostatik dan rembesan air.
Untuk situasi darurat atau saat ada peringatan banjir:
- Susun karung pasir (sandbag) 3–4 lapis di depan pintu dan garasi, tiap karung sekitar 50 kg.
- Atau gunakan panel flood barrier aluminium setinggi 1 m dengan seal karet EPDM yang dapat menahan genangan hingga sekitar 1,2 m selama 72 jam jika terpasang dengan benar.
Detail kecil namun penting:
- Tambahkan U-channel aluminium di ambang pintu dan isi dengan sealant poliuretan agar air tidak mudah merembes lewat celah bawah.
- Pertimbangkan pintu garasi model swing-up atau folding yang bisa ditutup rapat dengan karet seal kedap air.
Baca Juga:
5 Penutup Hujan untuk Teras yang Praktis dan Tahan Lama
4. Protokol Darurat dan Monitoring Banjir
Teknis bangunan saja tidak cukup tanpa kesiapan penghuni rumah saat banjir benar-benar datang.
Beberapa protokol darurat yang bisa disiapkan:
- Pasang sensor water level berbasis IoT di selokan depan rumah yang terhubung ke aplikasi di ponsel. Dengan biaya sekitar ratusan ribu rupiah, Anda bisa mendapat peringatan 30 menit lebih awal ketika debit air meningkat.
- Sinkronkan juga dengan notifikasi cuaca atau informasi peringatan dini BMKG.
Saat peringatan datang:
- Segera evakuasi barang berharga, elektronik, dan dokumen ke rak bagian atas atau lantai dua jika ada.
- Matikan listrik utama untuk mencegah korsleting dan bahaya setrum.
Ketika banjir sudah menggenang di sekitar rumah:
- Siapkan pompa submersible 1–2 HP yang diarahkan ke got besar atau saluran kota.
- Gunakan generator cadangan jika wilayah Anda sering listrik padam saat banjir.
Setelah banjir surut:
- Bersihkan lantai dan dinding dengan larutan desinfektan hipoklorit 0,5%.
- Biarkan ventilasi terbuka minimal 48 jam untuk mengeringkan ruangan dan mencegah jamur.
5. Vegetasi Penyangga dan Perawatan Rutin Lingkungan
Lapisan terakhir dari cara agar banjir tidak masuk rumah adalah mengelola halaman dan lingkungan sekitar agar air lebih mudah terserap.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Tanam pohon berakar kuat dan penyerap air tinggi di perimeter lahan, misalnya bambu, petai cina, atau turi dengan jarak tanam sekitar 2 m. Satu pohon dewasa bisa menyerap hingga 50 liter air per hari sekaligus membantu menstabilkan tanah.
- Hindari menutup seluruh halaman dengan beton, sisakan minimal 30–40% area tanah terbuka atau taman dengan lapisan kerikil dan tanah berpori.
- Rutin membersihkan selokan depan rumah, grill gorong-gorong, dan talang atap dari daun serta sampah, terutama sebelum dan selama musim hujan.
- Libatkan tetangga atau RT untuk membuat jadwal kerja bakti membersihkan saluran bersama, karena drainase rumah Anda sangat bergantung pada kondisi saluran umum di luar pagar.
***
Semoga bermanfaat.
Dapatkan hunian impian Anda hanya di Rumah123!




