Pendapat Masyarakat tentang IKN Nusantara, dari Meningkatkan Taraf Perekonomian hingga Pemerataan Pembangunan

Pindahnya ibu kota negara ke Kalimantan Timur ternyata membawa berkah bagi masyarakat Penajam Paser Utara dan daerah penyangganya. Hal ini setidaknya dirasakan Rony Seru Wihardjo, seorang pengusaha rental mobil di Balikpapan.

Sejak diumumkannya Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai lokasi ibu kota baru, masyarakat yang tinggal di kawasan penyangga dua daerah itu ibarat mendapat durian runtuh.  

Seperti halnya Rony (49), ia tak menyangka bahwa bisnis sewa mobilnya mengalami peningkatan seiring dengan adanya proyek pembangunan IKN Nusantara. Selama beberapa bulan terakhir, permintaan sewa kendaraan terus berdatangan dari masyarakat.

“Alhamdulillah. Berjalan normal, [sejak adanya proyek IKN] tidak susah mencari job. Rata-rata datang dengan sendirinya,” katanya kepada Tim Rumah123 di Balikpapan beberapa waktu lalu. 

Saat ini, Rony menyediakan tiga buah mobil berjenis multi purpose vehicle (MPV) yang disewakan kepada pelanggan. Bisnis sewa mobil bernama Aurellia Carissa Travel itu melayani perjalanan dalam kota dan luar kota.

Belakangan, Rony mengaku bahwa beberapa pelanggannya datang dari luar Pulau Kalimantan untuk diantarkan ke kawasan IKN Nusantara. Dia pun berharap pindahnya ibu kota baru ke Kaltim membuat bisnisnya terus berkembang. 

“Insyaallah, bisa nambah unit [kendaraan] tahun depan. Kalau lancar [pembangunan] IKN, per dua tahun harus nambah [mobil],” tuturnya.

Pemerataan Pembangunan di Pulau Kalimantan

pendapat masyarakat tentang ikn

Masyarakat melihat-lihat proyek IKN di kawasan glamping. (Rumah123/Tedy Winarto)

IKN Nusantara sejatinya dibangun bukan hanya sekadar memindahkan ibu kota negara, tapi diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pembangunan di Pulau Kalimantan. 

Bagi Rony, sebagai pengusaha yang mencari rezeki di Balikpapan dan sekitarnya, pendapat tentang IKN Nusantara dinilai positif untuk masyarakat Kalimantan Timur.

“Menurut saya, dampak positif dari pemindahan IKN ke Kalimantan Timur ini akan memberikan potensi pembangunan yang merata bagi wilayah luar Pulau Jawa,” katanya. 

Dengan begitu, dia berharap agar seluruh sektor, baik sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat Kaltim mengalami pemerataan yang sama seperti di Pulau Jawa.

“Itu yang saya harapkan ke depannya. Semoga rakyat Kaltim sejahtera.”

Pendapat masyarakat tentang IKN tidak hanya berasal dari warga Balikpapan, tapi dari masyarakat Penajam Paser Utara itu sendiri, termasuk masyarakat adat.

Eko Supriyadi, pengurus Lembaga Adat Paser (LAP) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), mengatakan bahwa pindahnya ibu kota negara ke Nusantara berdampak pada tingkat ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Kabupaten PPU.

Dampak Sosial dan Budaya pada Masyarakat Adat 

pendapat masyarakat tentang ikn

Potret Miniatur Hutan Hujan Tropis di IKN. (Rumah123/Tedy Winarto)

Menurut Eko, semenjak Presiden Joko Widodo memutuskan untuk memindahkan ibu kota baru ke Kaltim, terjadi pro dan kontra di masyarakat, termasuk di kalangan adat Paser. 

Lembaga Adat Paser adalah lembaga kemasyarakatan yang telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat Kabupaten Paser, Kaltim.

“Ada yang mendukung dan [ada yang] tidak [mendukung]. Intinya, banyak reaksi dari masyarakat,” katanya kepada Tim Rumah123.

Oleh karena itu, pada 1 September 2019, lembaga adat memutuskan untuk melaksanakan Kongres Ulun Paser. Dari kongres tersebut, lahirlah Maklumat Utar Kantataw. 

“Dari maklumat itu, akhirnya kami sampaikan beberapa poin ke pemerintah, salah satunya tentang kebudayaan. Kami maunya IKN [dibangun] bercitra nusantara dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, semangat Pancasila, tidak meninggalkan kearifan lokal setempat,” paparnya.

Dia tak memungkiri bahwa pembangunan IKN Nusantara dikhawatirkan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Penajam Paser Utara. Syukurnya, melalui Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, pihaknya mendapat respons positif terkait hal tersebut.

Dalam beberapa kesempatan, lembaga adat memberikan rekomendasi pada Otorita IKN (OIKN) agar pembangunan IKN Nusantara memperhatikan segala dampak yang ditimbulkan. Dia tidak ingin masyarakat Penajam Paser Utara hanya sekadar menjadi “penonton”.

“Salah satu rekomendasi dalam maklumat itu adalah kami minta dilibatkan di dalam pembangunan IKN agar kesenjangan sosial tidak terlalu tinggi, baik itu [pada] skala pembangunan IKN di KIPP (Kawasan Inti Pusat Pemerintahan) ataupun wilayah penyangga,” katanya.

Pada 11 Mei 2024, untuk pertama kalinya, lembaga adat bersama OIKN melaksanakan ritual adat di IKN Nusantara. Ritual adat ini melibatkan beberapa suku adat di Kaltim.

Ritual adat yang dilakukan di kawasan IKN Nusantara tersebut berupa tradisi bersih-bersih hutan dan tanah atau dalam bahasa mereka adalah Nyera Lati Danung Tana IKN Nusantara

“Kegiatan ini melibatkan seluruh suku-suku yang ada di Kaltim, seperti suku Dayak Kenyah, suku Dayak Benuaq, suku Dayak Tunjung, dan beberapa masyarakat adat lain, terutama suku Paser sendiri sebagai tuan rumah dan suku asli dari PPU. Acara ini saya kira menjadi salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap kebudayaan lokal,” tuturnya.

Peningkatan Taraf Perekonomian Masyarakat

Pindahnya ibu kota baru dari Jakarta ke IKN Nusantara rupanya berdampak pada taraf perekonomian masyarakat Penajam Paser Utara.

Eko yang sehari-hari bertugas di bidang kehumasan Lembaga Adat Paser (LAP) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menyatakan bahwa masyarakat Penajam Paser Utara merasakan dampaknya di sektor ekonomi.

“Tidak kita pungkiri bahwa peningkatan ekonomi di PPU sangat tinggi karena akses jalan sudah baik, ekonomi masyarakat yang berjualan turut membaik,” kata dia.

Hal yang sama juga diakui oleh Ketua Dewan Adat Penajam Paser Utara (DAD PPU), Helena Samuel Legi, ketika dimintai pendapat tentang IKN Nusantara yang dipindah ke Kaltim. 

Menurutnya, pembangunan IKN Nusantara dinilai berdampak pada kehidupan di kampung-kampung Dayak yang berada di daerah terisolir dan tertinggal. Masyarakat bakal turut menikmati pembangunan infrastruktur, seperti jalan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan.

Sebagai tuan rumah, kata dia, masyarakat Dayak diharapkan mampu mandiri agar dapat bersaing dengan para pendatang. Salah satu kemandirian itu bisa tercipta dengan pendekatan kearifan lokal yang dimiliki suku Dayak. 

Dia menjelaskan, setiap kepala keluarga di Kampung Dayak memiliki lahan yang luas di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan sehingga berpeluang untuk meningkatkan perekonomiannya.

“Nah, mari kita fokus ke investasi di bidang pertanian, perikanan dan peternakan. Kenapa? Karena jutaan manusia akan datang ke IKN dan mereka butuh makan. Kita [masyarakat] Dayak ini pasti mampu menyediakan kebutuhan pangan itu,” kata Helena pada Tim Rumah123 beberapa waktu lalu.

***

Demikian pendapat masyarakat tentang IKN Nusantara.

Semoga informasi di atas bermanfaat.

Temukan hunian yang kamu cari di Rumah123 karena segala jenis properti #SemuaAdaDisini.