Kerajaan Kutai Kartanegara adalah kerajaan tertua di Indonesia yang bercorak Hindu⎼Buddha. Hal ini diketahui dari penemuan tujuh buah prasasti yang ditulis di atas yupa (tugu batu).
Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan menggunakan huruf Pallawa. Berdasarkan paleografinya, tulisan diperkirakan berasal dari abad ke-5.
Letak geografis Kerajaan Kutai diperkirakan di daerah Muarakaman, tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai ini dan anak sungainya, menjadi jalur perdagangan strategis.
Banyak peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Benda pusaka tersebut menjadi bukti sejarah yang menarik untuk dipelajari. Yuk, simak!
Peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara
Prasasti Yupa
Foto: Wikipedia
Terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti tentang Kerajaan Kutai Kartanegara. Namun, baru empat yang berhasil dibaca dan diterjemahkan.
Prasasti tersebut ditulis dalam bentuk puisi anustub. Isinya menceritakan Raja Mulawarman yang memberikan sumbangan kepada para kaum Brahmana berupa sapi yang banyak.
Raja Mulawarman disebutkan sebagai cucu Kundungga, dan anak Aswawarman. Salah satu yupa pun mengatakan sang raja telah melakukan upacara kurban emas yang sangat banyak.
Sebagian besar isi prasasti membahas masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Prasasti ini menjadi bukti peninggalan tertua dari kerajaan yang beragama Hindu di Indonesia itu.
Arca Bulus
Foto: dailysports.id
Arca Bulus merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kutai yang ditemukan di sekitar Goa Gunung Kombeng. Arca tersebut terbuat dari batu dengan bentuk kura-kura.
Keberadaan Arca Bulus menunjukkan pengaruh budaya Hindu terhadap kehidupan masyarakat Kutai. Pada masa itu, Hinduisme memang agama dominan di wilayah Kutai.
Bentuk kura-kura pada Arca Bulus memiliki makna tersendiri. Dalam tradisi Hindu, kura-kura sering dihubungkan dengan stabilitas, ketahanan, dan keabadian.
Goa Gunung Kombeng, tempat Arca Bulus ditemukan, juga memiliki nilai historis. Dia mungkin digunakan sebagai tempat ibadah atau meditasi.
Arca Budha Perunggu
Foto: Kompas
Archa Budha Perunggu disebut juga Arca Buddha Dipangkara (Buddha Sempaga). Konon katanya, ini adalah arca Buddha tertua di Indonesia yang terbuat dari perunggu.
Peninggalan ini menjadi bukti awal pengaruh budaya India di Nusantara. Dengan bentuknya yang elegan, Arca Buddha Dipangkara menggambarkan harmoni antara seni dan spiritualitas.
Kemungkinan Arca Buddha Dipangkara digunakan dalam praktik keagamaan, atau sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Kutai.
Kalung Ciwa
Foto: Grid
Kalung Ciwa merupakan peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ditemukan pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman pada 1890.
Lokasi penemuan di sekitar Danau Lipan yang berada di daerah Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Warga setempatlah yang menemukannya.
Kalung Ciwa memiliki nilai simbolis disertai estetika tinggi. Selain sebagai perhiasan, kalung ini juga memiliki makna historis dan keagamaan.
Sampai saat ini, Kalung Ciwa masih digunakan oleh kerajaan, terutama saat acara penobatan sultan baru. Penggunaannya menjadi bagian dari tradisi dan upacara kerajaan.
Kalung Uncal
Foto: Grid
Kalung Uncal merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang sangat menarik dari kerajaan. Kalung berupa perhiasan berbahan dasar emas dengan bobot sekitar 179 gram.
Perhiasan ini dikenakan oleh Sultan Kutai Kartanegara setelah Kutai Martadipura berhasil ditaklukkan. Liontinnya menggambarkan kisah epik Ramayana, cerita Hindu terkenal.
Selain itu, cerita mengenai Kalung Uncal juga terkait dengan Putri Bidadari Putih, putri Sultan Kutai. Konon katanya, dia memiliki kecantikan yang sangat memikat.
Kalung Uncal juga menjadi simbol kisah perang dan pergantian kerajaan. Dia bukan hanya menjadi perhiasan, tetapi ikon kontinuitas budaya dan warisan sejarah Kerajaan Kutai.
Pedang Sultan Kutai
Foto: Liputan 6
Pedang Sultan Kutai merupakan pedang yang terbuat dari emas dan dimiliki oleh sultan dari Kerajaan Kutai. Pada bagian gagangnya terukir gambar harimau.
Keberadaan Pedang Sultan Kutai menghubungkan kita dengan masa lalu. Meskipun telah berabad-abad lalu, pedang ini tetap memancarkan pesona dan mengisahkan kisah legendaris.
Penggunaan Pedang Sultan Kutai pada masanya mungkin terkait dengan upacara kerajaan atau sebagai atribut resmi para penggawa kerajaan.
Singgasana Sultan
Foto: Wikimedia
Seperti diketahui dalam tradisi kerajaan, singgasana adalah tempat di mana sultan dan permaisuri memimpin dan mengambil keputusan penting.
Sama dengan singgasana lainnya, Singgasana Sultan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan tempat duduk khusus yang digunakan oleh sultan dan permaisuri dalam balairung keraton.
Singgasana Sultan terdiri dari dua buah kursi yang diletakkan berdampingan. Kursi ini memiliki alas kaki dan penutup berupa kelambu yang terbuat dari kain beludru berwarna biru.
Kemudian dilengkapi oleh lapisan kain satin putih di dalamnya. Ini adalah salah satu peninggalan bersejarah yang memikat dari Kerajaan Kutai.
Ketopong Sultan
Foto: budaya-indonesia.org
Ketopong ini merupakan mahkota yang dipakai oleh sultan Kerajaan Kutai. Dia terbuat dari emas, dan dihiasi oleh batu-batu permata.
Peninggalan kerajaan ini memiliki kilau yang memukau. Bentuknya yang khas, dengan bagian muka berbentuk meru bertingkat, menambah keindahannya.
Peninggalan-peninggalan ini menjadi saksi bisu perjalanan Kerajaan Kutai. Mereka pun memberikan wawasan tentang kejayaan dan budaya pada masa lalu.
Semoga artikel ini memberikan informasi yang bermanfaat!