5 Jenis Baju Adat Kalimantan Timur untuk Dikenali

Kalimantan Timur memiliki warisan budaya unik termasuk dalam hal busana tradisional. Artikel ini mengulas tentang lima jenis baju adat Kalimantan Timur. Yuk, simak!

Baju adat Kalimantan Timur menampilkan visual indah, sarat makna dan nilai sejarah. Pakaian ini masih digunakan sampai hari ini dalam upacara adat, pernikahan, atau event resmi lainnya.

Setiap motif dan detail pada baju adat Kalimantan Timur mencerminkan kekayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi, lebih dari sekadar pakaian kebanggaan.

Baju Adat Miskat

Foto: Pemprov Kutai Kartanagara

Nama baju adat Kalimantan Timur yang pertama yaitu baju miskat. Modelnya terlihat seperti baju zaman Tiongkok kuno dengan desain busana unik.

Busana laki-laki dan perempuan berupa baju lengan panjang yang dilengkapi oleh kancing. Kancing baju pria berada di sebelah kanan, sedangkan baju wanita miring ke kiri.

Pria menggunakan bawahan celana panjang, plus memakai kopiah sebagai penutup kepala. Sementara itu, wanita mengenakan bawahan rok kurung panjang.

Baju miskat ini dikenakan sebagai seragam wajib oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Provinsi Kalimantan Timur. Modelnya semi casual, sehingga cocok untuk berbagai perayaan.

Baca juga:

Mengenal Daftar Nama Suku Asli Kalimantan Timur

Baju Takwo

Foto gambar baju adat Kalimantan Timur: IDN Times

Baju takwo adalah pakaian adat Kalimantan Timur yang merupakan warisan dari Kesultanan Kutai. Dulunya, hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan.

Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat umum boleh memakainya pada momen tertentu. Ada tiga varian baju takwo, yaitu takwo biasa, takwo kustim dan takwo sebelah.

Busana takwo laki-laki disebut baju takwo laki, sedang takwo perempuan ialah baju takwo bini. Masing-masing memiliki ciri khas dengan detail sebagai berikut.

Baju Takwo Laki

  • Berbentuk jas tertutup berkerah tinggi dengan kain depan memanjang.
  • Garis baju di sebelah kanan dilengkapi oleh kancing emas.
  • Ada bordiran emas di bagian kerah.
  • Ada rantai berwarna emas yang menggantung di lubang kancing kedua serta kantong.
  • Bawahan berupa celana kain hitam.
  • Bagian luar celana (dari pinggang hingga lutut) dibalut oleh dodot yang berupa kain batik bermotif.
  • Kain bagian depan sebelah kanan dodot dilipat sebanyak tujuh lipatan.

Pria Kalimantan Timur umumnya mengenakan baju takwo lengkap bersama songkok khas suku Kutai berhias dua kancing emas di sisi kanan dan kiri. Alasannya mengenakan sepatu pantofel.

Baju Takwo Bini

  • Berbahan dasar kain brokat ataupun polosan.
  • Potongannya serupa dengan kebaya berkerah tinggi dengan dibuat tertutup.
  • Ada lidah pada bagian depan, serta dibubuhi kancing emas di sisi kanan dan kiri.
  • Bawahan kain batik bermotif dengan model seperti rok kebaya dengan bagian ujung kain sebelah kanan ditambah rumbai emas.
  • Aksesoris pelengkap baju takwo bini berupa kalung berwarna emas dan permata.
  • Pada bagian tengahnya terdapat bros.

Baca juga:

Mengenal 5 Jenis Rumah Adat Kalimantan Timur

Baju Pengantin Kustim

Foto baju adat Kalimantan Timur: iNews 

Baju pengantin kustim adalah salah satu jenis baju takwo yang diperuntukkan bagi pengantin. Dulu pakaian ini sering dikenakan oleh pasangan pengantin dari golongan menengah atas.

Baju adat kustim dari Kalimantan Timur memiliki makna dalam dan kaya nilai sejarah.  Nama “kustim” sendiri berasal dari kata “kustin” yang berarti “kebesaran.

Baju Kustim Laki-laki

  • Terbuat dari bahan beludru hitam dengan lengan panjang dan kerah tinggi.
  • Ujung lengan, kerah serta bagian dada berhias pasmen.
  • Paduan baju kustim adalah celana panjang dengan warna yang sama dengan warna baju.
  • Pada bagian luar celana terdapat dodot rambu, yaitu semacam kain panjang yang ujungnya diberi hiasan rumbai-rumbai keemasan.
  • Bagian belakang kain menjuntai sampai ke tumit, sedang depan sampai ke lutut.
  • Pengantin pria memakai kopiah bundar tinggi yang dinamakan setorong. Tingginya sekitar 15 sentimeter dengan bagian bawah lebih besar dari bagian atas. Selain itu, setorong dilengkapi oleh pasmen keemasan.
  • Bagian depan setorong dihias oleh lambang berwujud wapen sesuai tingkatan gelar.
  • Tersemat kalung bersusun pada bagian dada.
  • Alas kaki pengantin berupa selop kulit berwarna hitam.

Baju Kustim Perempuan

  • Bahan sama dengan baju kustim pria.
  • Modelnya mirip kebaya berkerah tinggi dan berlengan panjang.
  • Leher dan bagian depan baju memakai pasmen.
  • Pada bagian puncak belakang dikenakan kelibun berwarna kuning dengan bahan terbuat dari sutera.
  • Bawahan memakai tapeh berambui, yaitu kain panjang berumbai-rumbai benang emas yang diletakkan di bagian depan.
  • Aksesori kepala yakni sanggul atau gelung kutai. Lalu, ditusukkan oleh gerak gempa atau kembang goyang dari logam bersepuh emas.
  • Potongan kustim perempuan serba tertutup, karenanya cocok menjadi baju adat Kalimantan timur hijab.

Baju Pengantin Antakusuma

Foto: RRI

Seperti halnya kustim, baju antakusuma merupakan baju kebesaran Kutai Kartanagara. Dulunya, pakaian adat Kalimantan Timur ini hanya dikenakan oleh keturunan ningrat.

Namun, sekarang siapa pun bisa memakainya. Sesuai namanya kutai kuning, busana ini memiliki warna dasar kuning dengan aksesori keemasan.

Busana ini mendapat banyak pengaruh dari luar, seperti Tiongkok, Arab dan beberapa daerah yang ada di Indonesia seperti Bugis, Palembang dan Kutai.

Baju antakusuma terbuat dari bahan sutera bewarna kuning tanpa leher dan berlengan pendek. 

  • Pada pengantin perempuan terdapat hiasan yang disebut kelibun pada bahunya.
  • Bawahan mengenakan tapeh halang dari kain songket yang dipasang longgar menyerupai rok panjang yang dihias pula dengan tapeh pasak.
  • Bawahan laki-laki, yaitu celana (sekonceng). Ini dipasang saling tumpuk dengan selembar kain tenun berbahan sutera (tapeh halang), dan helai-helai kain yang dipasang berjuntaian mengelilingi pinggang (tapeh pasak).
  • Pada bagian pinggang kedua mempelai terdapat sabuk yang disebut selepe (pending emas).
  • Busana antakusuma yang dikenakan pengantin terlihat semakin megah dilengkapi dengan hiasan kepala, kalung, gelang, alas kaki dan detail-detail aksesori lainnya.

Sarung Samarinda

Foto: Info Kaltim

Sarung Samarinda atau tajong Samarinda merupakan kain tenun yang berasal dari Kalimantan Timur. Pakaian ini dibawa oleh suku Bugis dari Pulau Sulawesi yang mencari suaka ke Kutai.

Sarung Samarinda dibuat dengan alat tenun tradisional yang sepenuhnya dikerjakan oleh tangan. Ciri khasnya ada pada warna dan motifnya yang beragam.

Warna yang dominan adalah warna-warna tua dan kontras, seperti hitam, putih, merah, ungu, biru laut, dan hijau. Sementara itu, motifnya sekitar 30-an.

Dari beberapa motif yang ada, Sabbi dan Pucuk Rebung adalah motif yang dipergunakan oleh kaum perempuan. Untuk kelengkapannya ditambah dengan selendang dengan corak yang sama.

Sarung Samarinda biasanya dikenakan sebagai kelengkapan pakaian adat Kalimantan Timur, ataupun dibuat menjadi baju resmi dan modern.

Itulah lima jenis pakaian atat Kalimantan Timur. Semoga informasi dari Rumah123 bermanfaat!

Mengenal 5 Jenis Rumah Adat Kalimantan Timur

Bila menginjakan kaki di Ibu Kota Nusantara (IKN), kita akan melihat budaya yang berbeda dibandingkan daerah lain. Termasuk dari segi arsitektur rumah adat Kalimantan Timur.

Seperti diketahui, IKN berada di Kalimantan Timur yang penduduknya terdiri dari beberapa suku. Setiap suku mempunyai rumah adat dengan keunikan masing-masing.

Mari kita kenali lima dari sekian banyak rumah adat Kalimantan Timur melalui artikel IKN Rumah123. Ada rumah adat Lamin hingga Wehea, yuk simak!

Rumah Adat Lamin

Foto: Kompas.com

Rumah Lamin adalah rumah adat suku Dayak di Kalimantan Timur. Rumah ini dikenal sebagai rumah panjang karena ukurannya yang besar dan sambung-menyambung.

Dia mempunyai panjang 300 meter dan lebar 15 meter. Rumah Lamin biasanya dihuni oleh beberapa keluarga besar yang hidup bersama dalam satu atap.

Struktur rumah ini terbuat dari kayu ulin, yang dikenal sangat kuat dan tahan lama, sedangkan bagian atapnya menggunakan pelana dari sirap jadi terhindar dari lembap.

Sirkulasi udara dalam rumah pun lancar dan tidak pengap. Tak hanya itu, dinding dan lantai rumah adat Kalimantan Timur ini juga berpori untuk menjaga kelembapan.

Baca juga:

Mengenal Daftar Nama Suku Asli Kalimantan Timur

Rumah Adat Paser

Foto: Antara News

Rumah adat Paser adalah rumah adat suku Paser yang terletak di bagian selatan Kalimantan Timur. Rumah ini berbentuk panggung dengan tiang-tiang penyangga yang tinggi.

Tujuan rumah dibuat tinggi untuk melindungi dari banjir dan binatang buas. Adapun bentuk dasar rumah adat Paser adalah persegi panjang dengan kemiringan atap sekitar 45 derajat.

Atapnya terbuat dari daun nipah atau ijuk, sehingga memberikan kesan alami dan sejuk. Lalu lantainya terbuat dari rangkaian bambu atau pohon niung yang dirangkai dengan rotan.

Sedangkan bagian dindingnya dibuat dari bahan kayu yang kuat. Ukuran bangunan yang relatif luas membuat rumah adat Paser bisa dihuni oleh dua hingga tiga kepala keluarga.

Rumah Adat Betang

rumah adat kalimantan timur

Foto: Ruparupa

Rumah Betang adalah rumah adat yang juga ditemukan di Kalimantan Timur, meskipun lebih umum di Kalimantan Tengah dan Barat. Rumah ini juga mempunyai bentuk panjang.

Rumah adat Kalimantan Timur ini menghadiran filosofi kebersamaan dan gotong royong yang kuat. Selain itu, ia mencerminkan kehidupan masyarakat Dayak yang harmonis

Panjang rumah Betang bisa mencapai 30 meter hingga 150 meter dengan lebar mencapai 10 meter sampai 30 meter. Penghuni biasanya berjumlah 100 hingga 150 jiwa.

Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena bukan hanya dihuni oleh satu keluarga besar. Selain itu, satu rumah dipimpin pula oleh seorang kepala suku.

Rumah Adat Bulungan

Rumah Adat Bulungan

Foto: Wikipedia

Rumah adat Bulungan adalah rumah adat suku Bulungan yang terletak di bagian utara Kalimantan Timur. Rumah ini memiliki arsitektur yang khas dengan ukiran-ukiran indah.

Bentuk rumah adat Kalimantan Timur ini menyerupai panggung. Secara umum rumah adat Bulungan mempunyai tiang peyangga megah menopang atap yang berbentuk tiga limas.

Kemewahan dalam rumah khas kesultanan Bulungan ini menonjol karena di era kolonial dulu rumah adat Bulungan sering menjadi tempat pertemuan kesultanan. 

Sedangkan sekarang biasanya digunakan untuk berbagai kegiatan adat dan upacara suku Bulungan.

Rumah Adat Wehea

Foto: architecture.verdant.id

Rumah adat Wehea adalah rumah adat yang digunakan oleh suku Wehea di Kalimantan Timur. Rumah ini memiliki desain yang unik dengan atap tinggi dan curam.

Bentuknya berjenis panggung, dan terhubung dengan jembatan untuk memudahkan akses antarrumah. Selain itu, ini adalah simbol kebersamaan dan gotong royong suku Wehea.

Rumah adat Wehea umumnya menggunakan rotan dan pasak kayu sebagai perekat antarmaterialnya. Menggantikan paku dan sekrup yang digunakan pada bangunan modern.

Rumah ini biasanya digunakan sebagai tempat tinggal dan pusat kegiatan sosial masyarakat. Tempat berkumpulnya anggota suku untuk berbagai acara kebudayaan.

Ciri Khas Rumah Adat Kalimantan Timur

  • Kebanyakan rumah adat menggunakan kayu ulin yang sangat kuat dan tahan lama.
  • Bangunan dibangun di atas tiang tinggi untuk melindungi dari banjir dan binatang buas.
  • Banyak rumah adat dihiasi dengan ukiran-ukiran indah yang memiliki makna filosofis.
  • Rumah adat ini biasanya dihuni oleh beberapa keluarga besar, dan digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan adat.

Rumah adat Kalimantan Timur mempunyai potensi besar sebagai daya tarik wisata karena punya unsur sejarah, seni, dan budaya yang amat kuat.

Saat berkunjung ke IKN, jangan lewatkan untuk melihat sederet rumah adat ini, ya!

Mengenal Daftar Nama Suku Asli Kalimantan Timur

Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang ada di ujung timur Pulau Kalimantan. Luas wilayah provinsi ini mencapai 127.346,92 kilometer persegi.

Populasi penduduknya sebesar 3,793 juta jiwa pada 2020. Jumlah tersebut terbagi lagi menjadi suku-suku bangsa yang tersebar di 7 kabupaten dan 3 kota.

Salah satu suku yang sering terdengar namanya adalah suku Dayak. Selain itu, tentu masih banyak suku lainnya, berikut delapan di antaranya.

Suku Dayak

Suku Dayak adalah salah satu suku terbesar dan paling dikenal di Kalimantan Timur. Suku ini terdiri dari berbagai sub-suku, seperti;

  • Dayak Kenyah;
  • Dayak Kayan;
  • Dayak Bahau; dan Dayak Tunjung.

Mereka umumnya tinggal di pedalaman dan hutan-hutan Kalimantan. Kehidupan mereka sangat bergantung pada alam.

Suku Kutai

Suku Kutai atau dikenal juga sebagai urang Kutai merupakan salah satu suku asli yang mendiami wilayah pesisir Kalimantan Timur.

Suku ini memiliki sejarah panjang dan kaya, termasuk berdirinya Kerajaan Kutai Martadipura dan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Salah satu suku di Kalimantan Timur ini dikenal dengan budaya dan tradisi yang kuat, serta upacara adat yang masih dilestarikan hingga sekarang.

Suku Paser

Foto: Wikipedia

Suku Paser adalah suku asli yang mendiami kawasan Kabupaten Paser. Mereka tinggal di sepanjang aliran sungai dan daerah perbukitan.

Ada lima kelompok utama suku Paser, yaitu Paser Telake, Paser Adang, Paser Kendilo, Paser Labuan dan Paser Tanjung Aru.

Suku Paser memiliki budaya dan tradisi yang kaya, termasuk tarian, musik, dan upacara adat yang masih dilestarikan. Salah satu tradisi yang terkenal, yaitu Tari Ronggeng Paser.

Suku Wehea

Suku Wehea adalah suku yang mendiami wilayah Muara Wahau di Kabupaten Kutai Timur. Mereka dikenal dengan rumah adat Wehea yang memiliki desain unik.

Rumah tersebut berbentuk panggung dan terhubung dengan jembatan, mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.

Upacara adat dan ritual keagamaan juga menjadi bagian penting dari kehidupan suku Wehea. Mereka memiliki berbagai upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan.

Suku Berau

Suku Berau mendiami wilayah Kabupaten Berau. Suku ini memiliki budaya dan tradisi yang unik, termasuk tarian dan musik tradisional yang khas.

Mata pencaharian utama suku Berau adalah bertani dan nelayan. Mereka juga mengembangkan usaha tenun dan kerajinan tangan sebagai salah satu sumber pendapatannya.

Bahasa Berau adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Berau. Bahasa ini memiliki dialek khas yang membedakannya dari bahasa-bahasa lain di Kalimantan Timur.

Suku Tidung

Suku Tidung adalah salah satu suku asli yang memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya Kalimantan Timur. Mayoritas suku Tidung menganut agama Islam.

Orang-orang Tidung mencerminkan kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia. Kehidupan mereka bergantung pada hutan dan sungai, serta budaya dan tradisi yang kaya.

Suku Tidung mendiami wilayah Tarakan, Tana Tidung, Malinau, Nunukan, dan Bulungan. Mereka masih melestarikan budaya, bahasa dan adat istiadatnya.

Suku Penihing

Suku Penihing adalah bagian dari kelompok Suku Dayak Bahau. Mereka bermukim di kawasan Kabupaten Kutai dengan kehidupan yang sangat bergantung pada hutan dan sungai.

Hutan tropis yang lebat di sekitar tempat tinggal mereka menyediakan kayu, rotan, dan berbagai tanaman obat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Suku Penihing dikenal dengan kemampuan mereka dalam berburu dan meramu, serta keterampilan dalam membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alami.

Suku Tukung

Suku Tukung adalah salah satu suku Dayak yang bermukim di dataran tinggi Apo Kayan. Sebuah wilayah yang terletak di perbatasan Kalimantan Timur dan Sarawak.

Mereka awalnya tinggal di dalam hutan tropis yang lebat, tetapi kini sudah mulai menyebar ke daerah lain. Penyebaran ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Ada faktor ekonomi dan sosial, lalu kebutuhan untuk mencari lahan baru yang lebih subur dan aman dari ancaman alam. Meskipun begitu, suku ini tetap mempertahankan tradisinya.

Setiap suku di Kalimantan Timur memiliki keunikan dan kekayaan budaya yang berbeda-beda. Mereka memiliki bahasa, adat istiadat, tarian, musik, dan upacara adat yang khas.

Keberagaman tersebut menjadikan Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi dengan warisan budaya yang sangat kaya.

4 Potret Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 1 IKN Nusantara, Konsep Bangunannya Unik!

Selain bangunan pemerintahan dan fasilitas komersial, di ibu kota baru juga terdapat Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu atau TPST IKN yang dirancang dengan desain yang unik. Penasaran seperti apa konsepnya? Lihat gambarnya di sini!

 

TPST IKN adalah sebuah fasilitas modern yang dirancang untuk mengelola seluruh proses penanganan sampah di Ibu Kota Nusantara.

 

Tempat pengelolaan sampah ini berfungsi secara terintegrasi, mulai dari pengumpulan, pemilahan, pengolahan, hingga pemrosesan akhir.

 

Terlepas dari fungsinya tersebut, salah satu hal yang menarik dari TPST 1 adalah desain bangunannya, Property People.

 

Pasalnya, desain bangunan TPST Nusantara tampak unik dan dibuat dengan ramah lingkungan sesuai konsep ibu kota baru sebagai forest city.

 

Bagaimana potret bangunan TPST tersebut? Yuk intip desainnya satu per satu di bawah ini!

 

4 Potret TPST IKN Nusantara

 

1. Bentuk Arsitektur yang Unik

tpst ikn

 

Berada di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP IKN), Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, TPST Nusantara dibangun dengan desain yang mencolok.

 

Hampir sebagian fasad bangunannya didominasi warna hijau sehingga memberikan kesan segar dan selaras dengan alam sekitar IKN.

 

Sementara itu, pada bagian atap, dibuat cukup tinggi dan menonjol dengan desain atap yang unik.

 

2. Seluas 22,16 Hektare

tpst ikn

 

Pelaksana proyek pembangunan TPST 1 IKN Nusantara dibangun oleh perusahaan kontraktor BUMN, PT Brantas Abipraya (Persero).

 

Jika dilihat dari laman lpse.pu.go.id, nilai pagu pembangunan tempat pengelolaan sampah di IKN tersebut senilai Rp463 miliar yang bersumber dari APBN.

 

Melansir situs brantas-abipraya.co.id, TPST 1 ini dibangun di atas lahan seluas 22,16 hektare.

 

Adapun lingkup pekerjaan Brantas Abipraya pada proyek pembangunan TPST 1 tersebut meliputi Bangunan Pengolahan 1, Bangunan Pengolahan 2, hingga Menara dan Lanskap.

 

3. Konsep Ramah Lingkungan

tpst ikn

 

Sama seperti proyek lainnya, TPST 1 Nusantara juga dibangun dengan konsep ramah lingkungan.

 

Konsep ramah lingkungan tecermin dari bagian konstruksi, keberadaan tanaman dan pepohonan di kawasan, hingga sistem pengelolaan.

 

“Pembangunan ini merupakan upaya Brantas Abipraya sebagai salah satu BUMN berkontribusi dalam mewujudkan IKN yang ramah lingkungan, sedapat mungkin mengurangi produksi sampah dan mendorong daur ulang. Dalam pembangunan TPST ini pun, kami akan melakukan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan pada masa konstruksi,” kata Direktur Utama Brantas Abipraya, Sugeng Rochadi melansir brantas-abipraya.co.id.

 

4. Mengolah Sampah 74 Ton per Hari

 

Terdiri dari beberapa bangunan pengolahan, TPST 1 IKN tersebut dapat mengolah sampah sebesar 74 ton per hari dan lumpur sebanyak 15 ton per hari.

 

Menariknya, TPST 1 ini dapat menghasilkan pengolahan sampah berupa energi, tidak menghasilkan emisi di atas standar yang ditentukan (net zero emission).

 

Masih mengutip sumber yang sama, nantinya sebesar 60 persen sampah yang ditimbulkan harus didaur ulang dan sistem pengelolaan sampah akan terkoneksi internet yang dapat diakses oleh masyarakat.

 

***

 

Itulah potret Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu di IKN Nusantara.

 

Bagaimana menurutmu, Property People?

 

Semoga ulasan tersebut bermanfaat, ya.

 

Lagi cari hunian terjangkau di Kalimantan Timur atau daerah lainnya?

 

Langsung saja kunjungi Rumah123 dan temukan segala jenis properti impian karena #SemuaAdaDisini.

 

**Sumber gambar: skyscrapercity.com/brantas-abipraya.co.id

ASN Diundang untuk Work From IKN agar Peroleh Pengalaman Bekerja Langsung di Nusantara!

Dengan tujuan untuk memberikan kesempatan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk merasakan pengalaman bekerja langsung di Ibu Kota Nusantara, Sekretaris Otorita IKN, Achmad Jaka Santos Adiwijaya, telah meresmikan program Work From IKN Batch IV dan V pada 26 Agustus 2024. Kegiatan ini akan berlangsung selama lima hari.

 

Melalui program Work From IKN yang berulang kali diadakan sejak tahun 2023, pemerintah berupaya memberikan kesempatan bagi ASN untuk terlibat aktif dalam pembangunan ibu kota negara baru.

 

Program ini memungkinkan para ASN untuk melihat secara langsung kondisi lapangan, berinteraksi dengan masyarakat setempat, dan berkontribusi dalam upaya mewujudkan visi Indonesia maju.

 

Adapun tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran yang komprehensif kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akan bertugas di Ibu Kota Nusantara (IKN) mengenai kondisi lingkungan kerja yang sebenarnya.

 

Selain itu, WFI juga bisa memberikan pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek kehidupan sehari-hari di wilayah tersebut.

 

Fasilitator Berikan Pembekalan ke ASN

 

Kepala Biro Perencanaan, Organisasi, dan Kerja Sama Otorita IKN, IGA Krisna Murti RS, yang sekaligus sebagai Ketua Panitia menjelaskan bahwa khusus untuk WFI Batch IV dan IV ini, pesertanya berasal dari para fasilitator yang ditugaskan untuk memberikan pembekalan kepada ASN yang pindah ke Nusantara.

 

WFI batch ini menerapkan proses pembelajaran dimana para fasilitator dapat menggabungkan pengetahuan, keterampilan dan nilai melalui pengalaman-pengalaman langsung di Nusantara, untuk kemudian dibagikan kepada ASN yang pindah ke Nusantara.

 

“Kami berharap para fasilitator ini dapat merasakan suasana bekerja di Nusantara sebagai sebuah proses experiential learning dan memberikan pemahaman yang mendalam tentang Nusantara kepada rekan-rekan ASN lainnya,” ujarnya.

 

Pelaksanaan WFI kali ini melibatkan total 60 fasilitator yang terbagi menjadi dua batch, yaitu Batch IV dan V yang masing-masing terdiri atas 30 fasilitator.

 

Fasilitator tersebut berasal dari 16 Kementerian/Lembaga, antara lain sebagai berikut:

  • Mahkamah Agung RI
  • Komisi Yudisial
  • Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
  • Kementerian Dalam Negeri
  • Kementerian Perdagangan
  • Kementerian Kesehatan
  • Kementerian Keuangan
  • Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Kementerian Sekretariat Negara
  • Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
  • Kementerian Komunikasi dan Informatika
  • Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
  • Badan Nasional Penanggulangan Bencana
  • Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
  • Badan Intelijen Negara
  • Lembaga Administrasi Negara

 

Pejabat yang Datang

 

work from ikn

 

Acara peluncuran program Nusantara ini juga dihadiri secara langsung oleh pejabat tinggi Lembaga Administrasi Negara (LAN), yaitu Pelaksana Tugas Kepala LAN, Bapak Muhammad Taufiq, dan Sekretaris Utama LAN, Ibu Reni Suzanna.

 

Melalui pelaksanaan program ini, diharapkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif dan pengalaman langsung terkait dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara.

 

Dengan demikian, para ASN akan lebih siap untuk menjalankan tugas-tugasnya di lingkungan kerja yang baru.

 

***

 

Itulah penjelasan terkini mengenai pembangunan IKN.

 

Baca informasi selengkapnya terkait IKN melalui Rumah123 karena #SemuaAdaDisini.

 

***sumber foto: ISTIMEWA

Canggih, Waktu Respons Pemadam Kebakaran IKN cuma 7 Menit!

Pemerintah berencana membangun delapan posko pemadam kebakaran di IKN, tepatnya di sekitar Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).

 

Melansir rri.co.id, posko tersebut nantinya dilengkapi aplikasi deteksi dini atau early warning system.

 

Dengan kehadiran teknologi early warning system, waktu respons satuan pemadam kebakaran di IKN paling lama 7 menit untuk bisa sampai ke lokasi kejadian.

 

Sebagai informasi, rata-rata waktu respons petugas pemadam kebakaran di Indonesia adalah 15 menit.

 

Karena itu, posko pemadam kebakaran IKN akan memiliki waktu respons tercepat di tanah air.

 

Waktu respons cepat tersebut didukung oleh aplikasi bernama FairCheck.

 

Setiap posko dapat memantau situasi di kawasan IKN melalui sistem aplikasi tersebu.

 

Bila ada situasi genting, aplikasi FairCheck bisa mengirimkan pemberitahuan secara cepat.

 

Dilengkapi Kendaraan Ramah Lingkungan

 

Selain itu, posko pemadam kebakaran IKN diwacanakan akan dilengkapi kendaraan ramah lingkungan.

 

Masing-masing pos minimal mendapatkan dua unit kendaraan tersebut.

 

Kendaraan yang digunakan pun mempunyai jangkauan ketinggian bangunan mencapai 14 lantai.

 

Untuk saat ini, petugas kebakaran di IKN berjumlah 10 orang.

 

Ada pula empat orang tenaga penanggulangan bencana dan tujuh orang di bidang lingkungan hidup.

 

Fire Hydrant di IKN dapat Dipantau lewat Aplikasi

 

Pemadam Kebakaran di IKN

 

Bukan hanya posko pemadam kebakaran yang canggih, fire hydrant di IKN dikabarkan memakai teknologi serupa.

 

Setiap produk Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan fire hydrant di IKN akan dilengkapi dengan QR Code Firecek.

 

Teknologi ini memudahkan pengguna dalam memantau dan mengelola alat pemadam kebakaran yang bakal diterapkan di gedung ASN 3 IKN.

 

Adapun beberapa komponen proyek infrastruktur sistem kebakaran di gedung ASN 3 IKN, ialah:

 

1. Hydrant Box

 

Hydrant box adalah kotak atau lemari yang digunakan untuk menyimpan peralatan pemadam kebakaran, seperti selang dan nozzle.

 

Kotak ini membuat peralatan pemadam kebakaran di sebuah gedung menjadi lebih tertata rapi.

 

2. Hydrant Pillar

 

Hydrant pillar merupakan perangkat pemadam kebakaran berupa tiang atau pilar yang berada di luar gedung dan terhubung langsung dengan sumber air.

 

Fungsi alat tersebut untuk memberi akses cepat ke sumber air bagi petugas kebakaran.

 

3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

 

Sementara, APAR adalah perangkat pemadam kebakaran portabel yang digunakan untuk memadamkan api kecil atau api tahap awal.

 

Demikianlah rencana pembangunan posko pemadam kebakaran di Nusantara yang menarik diketahui.

 

Baca informasi selengkapnya terkait IKN melalui Rumah123 karena #SemuaAdaDisini.